Catatan berikut ini merupakan ringkasan buku Worship Matters karangan Bob Kauflin. Saya ingin membagikan apa yang saya nikmati dari buku ini (di bagian 1). Semoga bermanfat bagi kita, khususnya bagi pribadi yang terlibat dalam pelayanan ibadah atau pelayanan pujian dan musik. Selamat membaca.
Bagian 1 : Sang Pemimpin
Bab
1: Hal-Hal Penting
Jangan
menggenggam sesuatu pun bagi diri Anda.
Di bagian ini Bob Kauflin menjelaskan
tentang apa yang bermakna. Dimulai dengan pergumulan-pergumulannya sebagai
pemimpin ibadah. Di mana suatu ketika ia pernah merasa hampa. Gersang. Tak
bermakna. Menjadi pemimpin ibadah adalah hal yang dilakukan berulang-ulang. Di
samping itu, ia juga berpikir bahwa memimpin umat Tuhan dalam ibadah adalah hal
yang memuaskan, menyenangkan, penuh binar-binar semangat, dan mengubah
kehidupan.
Menurutnya, pergumulan lain yang dialami
oleh pemimpin ibadah bisa berupa: menghadapi kritik dari jemaat, menegur pemain
musik yang sombong, mengajarkan lagu baru kepada jemaat, merasa seperti orang
munafik ketika memimpin ibadah. Tidak memiliki cukup waktu untuk merencanakan,
mempersiapkan, belajar, dan berlatih dengan tim musik.
Di bagian akhir, Bob memberikan masukan
bagi para pemimpin ibadah, baik pemula maupun yang sudah sering melayani, agar
tidak mengalami —merasa semua hampa, gersang, tak bermakna—seperti yang pernah
ia rasakan. Namun, dalam anugrah Tuhan, ia pernah diingatkan bahwa, “Seperti
itulah kalau tanpa Aku—tak bermakna.”
Ibadah itu bermakna. Ibadah
bermakna bagi Allah karena Dialah satu-satunya yang layak disembah. Ibadah
bermakna bagi kita karena menyembah Allah adalah tujuan kita diciptakan. Dan ibadah bermakna bagi pemimpin ibadah karena
tidak ada kehormatan yang lebih tinggi daripada
memimpin orang-orang untuk menatap kebesaran Allah. Oleh karena itu,
penting sekali untuk memikirkan dengan cermat, apa yang kita lakukan, dan
mengapa kita melakukannya.
Bab
2: Hatiku. Apa yang kukasihi?
Tantangan terbesar apakah yang Anda hadapi
sekarang sebagai pemimpin ibadah? Mungkin memilih lagu, relasi dengan pendeta
di gereja, menerima masukan dari jemaat, atau memimpin tim musik yang
anggotanya individualistis?
Bukan! Tantangan Anda yang terbesar
berkaitan dengan apa yang Anda sendiri bawa ke mimbar setiap Minggu. Hati Anda.
Kita masing-masing mengalami peperangan
yang bergejolak di dalam diri kita menyangkut apa yang paling kita kasihi
—Tuhan atau sesuatu yang lain?
Jika
ada sesuatu yang lebih kita cintai dan utamakan, dan sesuatu itu menggantikan
Tuhan dalam hidup kita, berarti kita sedang terlibat dalam penyembahan berhala.
Firman Tuhan mengatakan bahwa penyembahan
berhala adalah perangkap terbesar yang dihadapi umat Tuhan. Berhala membelenggu
kita dan membuat kita malu (Yesaya 45:16, Mazmur 106:37). Berhala tidak dapat
menolong kita; malahan membuat kita sama seperti dirinya (Mazmur 115:8).
Ada banyak berhala. Bentuknya
bermacam-macam – kenyamanan lahiriah, jaminan keuangan, kenikmatan seksual.
Para musisi memiliki berhalanya masing-masing – popularitas, musik, keunggulan
akademis, peralatan elektronik terbaru dan tercanggih, pakaian yang sedang
trend. Berhala yang paling kuat adalah
yang paling tidak terlihat – hal-hal seperti reputasi, kuasa, dan pengaruh.
Menarik, di bab ini Bob Kauflin
menceritakan kisah pergumulannya dalam hal mencintai diri sendiri, bukan
mengasihi Tuhan. Ia mengaku, ia ingin orang-orang memujanya –mengakuinya,
mengaguminya, dan menghujaninya dengan tepuk tangan. Keinginan untuk mencuri
kemuliaan Tuhan. Hingga ia kalah. Sampai-sampai berpengaruh pada fisiknya –ia
sakit . Merasa total tidak berdaya. Hal yang bisa kita pelajari dari
pengalamannya adalah jangan merampas
kemuliaan Tuhan –kita pasti kalah.
Tuhan ingin kita mengasihi Dia lebih
daripada musik dan alat musik, lebih daripada semua yang kita miliki, lebih
daripada hidup kita sendiri. Kita tidak dapat mengasihi hal-hal lainnya secara
benar kalau kita belum mengasihi Tuhan lebih daripada semuanya itu.
Bagaimana saya mengetahui
mengetahui apa yang paling saya cintai? Dengan melihat kehidupan saya di luar
hari Minggu. Apa yang paling saya nikmati? Kebanyakan dari waktu yang saya
miliki digunakan untuk apa? Apa yang saya pikirkan di waktu luang? Apa yang
membuat saya bersemangat? Apa yang saya beli? Apa yang membuat saya kesal kalau
tidak berhasil memperolehnya? Kehilangan apa yang cenderung membuat saya
depresi? Kehilangan apa yang paling saya takuti? Jawaban atas semua itu akan
menunjukkan siapa yang sebenarnya kita sembah – Allah atau berhala.
(bersambung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar