(lanjutan...)
Bab
4: Tanganku. Apa yang kulatih?
Tentu Tuhan dapat saja bekerja melalui kita
meski kita melakukan kesalahan, tidak kompeten, dan kurang latihan. Tetapi Ia
menghargai kecakapan. Kecakapan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
baik. Ketika Daud mencari seorang Lewi untuk dijadikan pemimpin nyanyian, ia
memilih Kenanya sebab ia ‘paham dalam hal
itu’ (1 Taw 15:22). Atas ilham Roh Kudus, Daud menulis bahwa para pemain
musik harus ‘memetik kecapi dengan
baik-baik’ (Maz 33:3). Sebagai raja atas rakyatnya, Daud sendiri ‘menuntun mereka dengan kecakapan tangannya’
(Maz 78:72). Dalam perjanjian baru, Paulus menyebut dirinya ‘ahli bangunan yang cakap’ (1 Kor 3:10).
Tuhan memandang penting keahlian. Demikian pula seharusnya kita.
Lima
hal penting yang perlu diingat mengenai kecakapan:
a.
Kecakapan
adalah pemberian Allah, bagi kemuliaannya.
Tiada seorang pun dari kita yang dapat
memuji diri atas kebolehan kita. C. J. Mahaney berkata, “setiap bakat dari
Tuhan ditujukan untuk mengarahkan perhatian kita kepada-Nya dan menyegarkan
kasih kita kepada-Nya.”
b.
Kecakapan
harus dikembangkan.
Kita membaca dalam 1 Tawarikh 25:7 bahwa
pemusik yang melayani di Kemah Pertemuan adalah mereka yang telah ‘dilatih bernyanyi untuk TUHAN – mereka
sekalian adalah ahli seni’.
Pemusik terbaik menghabiskan waktu yang
terhitung banyaknya untuk mengasah bakatnya. Kalau Anda ingin meningkatkan
ketrampilan, maka Anda perlu mengembangkan kecakapan Anda, walaupun itu hanya
15 menit sehari atau 1 jam seminggu. Dalam jangka panjang, hal itu akan
membuahkan hasil. “Anda bisa! Yang diperlukan adalah bakat ala kadarnya, lalu
berlatihlah empat jam sehari selama empat tahun,” kata Bob Kauflin.
c. Kecakapan
tidak membuat ibadah lebih berkenan di hadapan Tuhan.
Sebagai pemimpin ibadah, kita kesal ketika
kita salah memainkan intro, salah memainkan kunci, atau lupa syair lagu.
Sebaliknya, kita senang sekali kalau semuanya berjalan lancar. Namun, Allah
tidak mendengarkan suara musik kita atau kualitas performa kita. Ia
mendengarkan suara hati kita. Tuhan tidak
mencari sesuatu yang brilian; Ia mencari sesuatu yang hancur remuk. Kita
tidak akan pernah membuat Tuhan terkesan akan keahlian atau ketrampilan musik
kita. Apa yang membuat terkesan ialah ‘hati yang remuk dan hancur’ (Maz 51:19).
Kita memerlukan karya penebusan Sang
Juruselamat untuk menyempurnakan persembahan ibadah kita kepada-Nya (1 Pet2:5).
d.
Kecakapan
perlu dievaluasi orang lain.
Masukan yang saya terima dari tim
sepelayanan dan rekan-rekan lainnya selama latihan atau seusai ibadah sangat
berharga. Mendengar masukan yang jujur dari mereka yang saya percayai tentunya
sangat bermanfaat dan mengajar saya tetap rendah hati.
Selain itu, jangan terlalu senang jika
minggu demi minggu kita mendengar pujian dari orang-orang yang berkata, “saya
sangat diberkati dengan pelayananmu sebagai pemimpin ibadah.” Walau tulus,
pujian mereka tidak akan selalu membantu Anda bertumbuh.
e.
Kecakapan
bukan suatu tujuan akhir.
Jika kita terlalu menjunjung tinggi
kecakapan, hal ini akan menghasilkan buah yang buruk. Kecakapan menjadi suatu
berhala. Kita berlatih secara berlebihan
dan menjadi tidak sabar ketika orang lain membuat kesalahan.
Allah ingin kita menyadari bahwa tujuan
latihan bukanlah untuk menerima pujian, melainkan untuk membawa kemuliaan bagi
nama-Nya.
Dalam hal apakah
kecakapan menolong kita?
- Kecakapan
menolong kita berfokus kepada Allah. Bagaimana Anda dapat konsentrasi menyembah
Tuhan selagi memimpin? Menjadi lebih terampil. Tujuan latihan bukan untuk
melakukan sesuatu sampai kita melakukannya dengan benar. Tujuannya adalah
sampai kita tidak salah-salah lagi.
-
Kecakapan
menolong kita melayani jemaat.
-
Kecakapan
akan melipatgandakan kesempatan melayani.
Kecakapan
yang harus dikembangkan:
-
Kepemimpinan.
Seorang pemimpin yang baik akan mengarahkan perhatian jemaat pada apa yang
paling penting, membuat pilihan-pilihan yang membantu kita memiliki fokus.
-
Musikalitas.
a.
Aspek
teknis. Seorang musisi benar-benar mempunyai kemampuan memainkan atau
menyanyikan apa pun yang diperlukan dalam situasi saat itu. Tergantung
instrumen musiknya, aspek ini mencakup latihan tangga nada, pergerakan chord,
teknik memetik senar gitar, latihan irama ketukan yang berbeda-beda, atau
latihan vokal.
b.
Aspek
teori. Memahami bagaimana musik bekerja. Musisi yang tidak mengerti teori musik
pasti akan bingung sendiri kalau mereka tiba-tiba lupa saat memainkan lagu.
c.
Aspek
selera. Mengenal apa yang cocok. Selera mencakup dinamika, penjiwaan, pola
ritme, pembagian suara instrumentasi. Berkenaan dengan selera musik, mungkin
hal yang paling menantang ialah mengetahui apa yang perlu ditanggalkan atau
dibuang. Memainkan lebih banyak not jarang menjadi sesuatu yang efektif.
Berapa lama waktu latihan yang ideal?
Tergantung dari aktivitas Anda sehari-hari dan apa gol dan tujuan Anda.
Setidaknya, Anda perlu dengan mulus memainkan lagu-lagu yang Anda perlu
mainkan.
-
Komunikasi.
-
Teknologi.
Bab
5: Hidupku. Apa yang kucontohkan?
“Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kasihmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim 4:12)
Timotius adalah seorang
pemimpin; orang-orang memperhatikan dia, mengamati dia, dan belajar dari apa
yang mereka lihat. Jadi, Paulus dengan bijak menasihati Timotius: Jadilah teladan... Nasihat ini berlaku
juga bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar