Ringkasan Bab 8 dari buku Worship Matters karangan Bob Kauflin. Selamat membaca.
Bab 8: Mengagungkan
Kebesaran Allah
“Besarlah
TUHAN...”,
demikianlah Daud mengingatkan kita, “dan
sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga.” (Maz 145:5).
Daud menunjukkan titik awal yang tepat bagi
kita untuk menyembah Tuhan dalam ibadah. Ibadah mencakup merenungkan,
meninggikan, dan merespon kemuliaan dan keagungan Allah.
Banyak jemaat yang kita pimpin di hari
Minggu rindu bergabung dengan kita; mereka sudah mengagungkan kebesaran Allah yang
tidak terkira itu sepanjang minggu. Namun perhatian sebagian jemaat ada yang
tersita oleh hal-hal lainnya – dari yang sepele hingga yang serius, atau seribu
satu macam hal lainnya yang mewarnai kehidupan. Seberapa besarkah Tuhan di mata
kita ketika pikiran ini penuh dengan segala macam kekhawatiran dan masalah
hidup? Sangat kecil rupanya.
Namun Allah tidak sekecil itu. Ia
mahabesar! Mengagungkan dan menghayati kebesaran-Nya adalah inti ibadah yang
alkitabiah.
Seorang pemimpin ibadah menggemakan imbauan
Daud dalam Mazmur 34:4, “Muliakanlah
TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan
nama-Nya!” Prioritas kita yang pertama saat berkumpul adalah memuliakan
Tuhan.
Pimpinlah secara jelas dan spesifik. Setiap
kali kita memimpin jemaat menyanyikan pujian bagi Tuhan, kita berdiri di
hadapan orang-orang yang – sama seperti kita – cenderung lupa siapa Tuhan.
Manusia cenderung lupa mengapa Tuhan amat sangat layak disembah. Kita dipanggil
untuk mengingatkan mereka dengan jelas dan spesifik, apa yang sudah dinyatakan
Tuhan tentang diri-Nya.
John Owen menulis dengan bijak, “Jangan
sampai kita menjadi puas dengan pemahaman yang samar-samar tentang kasih
Kristus, atau yang sedikit pun tidak menebarkan kemuliaan-Nya ke dalam benak
kita.” Konsep-konsep yang tidak jelas tentang Tuhan tidak mendewasakan kita
maupun jemaat yang kita pimpin. Jika lagu-lagu kita isinya tidak berbeda dari
lagu-lagu kepercayaan lainnya, ini saatnya kita mengubah daftar lagu itu.
Tentu, lagu-lagu bukan teologi sistematika.
Lagu adalah puisi, mencakup lambang dan metafora kreatif – pohon-pohon bertepuk
tangan, lautan menggemuruh. Namun jangan sampai lagu-lagu kabur maknanya atau
pun memuat arti ganda. Seharusnya lagu-lagu dapat dengan akurat berbicara
tentang Tuhan dan memuji satu-satunya Tuhan yang sudah menyatakan diri-Nya
dalam Pribadi Sang Juruselamat, Yesus Kristus.
Kalau lagu-lagu kita tidak berbicara secara
spesifik tentang sifat, karakter, dan perbuatan Tuhan, kita cenderung mengartikan
ibadah sebagai salah satu tipe musik, keadaan emosi yang melambung tinggi,
bangunan dengan arsitektur tertentu, nama hari, sebuah perkumpulan, suasana
khidmat, waktu untuk bernyanyi atau bunyi-bunyian semata. Lebih parah lagi,
kita membuat persfektif kita sendiri tentang Tuhan, membayangkan Dia sesuka
hati kita sendiri.
Jadi, bagaimana supaya jiwa-jiwa yang kita
pimpin mengagungkan kebesaran dan kemuliaan Allah di hati dan pikirannya
masing-masing? Untuk itu Allah sudah memberi kita kitab Mazmur. Kitab Mazmur
menggelar tiga kategori di mana kita dapat mengagungkan kebesaran Allah:
firman-Nya, sifat-Nya, dan pekerjaan-Nya.
Firman Allah adalah penyataan diri-Nya
kepada kita. Jadi, sang Pemazmur mendeklarasikan, “Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji,
kepada Allah aku percaya” (Maz 56:11-12). Dikatakan juga bahwa firman TUHAN
itu sempurna, teguh, tepat, murni (Maz 19:8-10).
Dari perspektif kelahiran dan kenaikan
Tuhan Yesus, kita dapat melihat kebesaran Allah dalam wujud tritunggal-Nya.
Kita menyembah Bapa, Anak, dan Roh Kudus yang dalam kekekalan memiliki hakikat,
kesetaraan, dan kemuliaan yang sama. Satu Allah dalam tiga pribadi.
Sesungguhnya, ibadah merupakan undangan dari Allah Tritunggal agar kita
mengambil bagian dalam persekutuan dan sukacita yang telah disediakannya dari
kekekalan, sebelum dunia diciptakan. Kita dipilih untuk bergabung dengan-Nya,
menyatakan keagungan, kesempurnaan, dan keindahan-Nya yang tiada batas.
Jadi, bagaimana mungkin seseorang berpikir
bahwa menyembah Tuhan adalah hal yang membosankan. Kekudusan, kemuliaan, dan
kedaulatan-Nya tidak terbatas. Kebenaran, hikmat, dan kekayaan-Nya tak
habis-habisnya.
Salah satu masalah yang kita hadapi: sering kali kita lebih tertarik dengan apa
yang kita lakukan daripada dengan apa yang sudah Tuhan kerjakan. Karena kita
cenderung lupa, ibadah jemaat seharusnya menolong kita disegarkan oleh apa yang
sudah Tuhan lakukan bagi kita.
Mazmur merupakan contoh bagi kita dalam
memuji Tuhan. Puji-pujian ini mengarah pada penyingkapan yang lebih lengkap
lagi tentang kemuliaan Allah dalam Yesus Kristus. Ia sudah menyatakan semuanya
itu agar kita dapat menyembah Dia. Itulah sebabnya buku-buku yang paling
berguna bagi saya untuk mempersiapkan diri memimpin ibadah bukan buku-buku
renungan sehari-hari yang acap membawa Tuhan ke level saya, melainkan buku-buku
teologi yang memperkaya pengenalan saya akan Tuhan.
Alkitab berulang-ulang memperlihatkan fakta
bahwa kebenaran tentang Allah memerlukan respons. Bahkan kita diperintahkan untuk
merespons. (Filipi 4:34; Maz 31:24a; Maz 100:2a). Kita memuliakan Tuhan ketika
kita bersuka di dalam Dia (Maz 34:9). Bila kita di tengah-tengah penderitaan
dan kesesakan itu mengingat lagi sifat-sifat Allah, saat itulah kita menyembah
Dia (Maz 77: 8-10).
Jadi, mengagungkan kebesaran Allah
melibatkan pengakuan iman kepercayaan kita dan kasih yang mendalam kepada
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar