Bab 12: Dengan Musik
(Bagian 1: Macam Apa?)
Musik dapat menipu. Saya pernah mendengar
kisah tentang seorang wanita Kristen yang melayani Tuhan di Afrika Selatan.
Ketika ia berada di sebuah klinik, hatinya saat tersentuh saat mendengar sebuah
lagu dinyanyikan oleh beberapa wanita Zulu. Suara mereka harmonis sekali,
sungguh merdu terpadu. Dengan mata berkaca-kaca, wanita Kristen itu bertanya
kepada temannya, apakah ia tahu terjemahan lagu itu.
“Ya,” jawabnya. Artinya: “Kalau air yang
kamu minum lebih dulu dimasak, kamu tidak akan terkena disentri!”
Itukah lagu yang akan membuat Anda ingin
menyanyikan lagu itu sekali lagi dengan hati yang penuh penyembahan?
Tersentuh secara emosi oleh musik dan
benar-benar menyembah Tuhan adalah dua hal yang berbeda.
Alkitab penuh dengan referensi tentang
musik, dari awal penciptaan hingga kitab Wahyu (Ayub 38:7; Wahyu 15:3)
Bagaimana musik membantu
kita?
Musik menggugah dan mengekspresikan emosi
yang memuliakan Tuhan. Perasaan kasih kita yang mendalam dan yang paling murni
Musik membantu kita memusatkan perhatian
pada kemuliaan dan aktivitas Allah Tritunggal. Allah adalah Allah yang
menyanyi. Dalam Zefanya 3:17, 18 (BIS) dikatakan bahwa “TUHAN gembira dan bersukacita karena kamu,... Karena kamu Ia bernyanyi
gembira.” Pada malam hari sebelum Yesus disalibkan, Ia “menyanyikan nyanyian pujian” (Matius 26:30). Efesus 5:18-19
menunjukkan bahwa Roh Kudus menginspirasi nyanyian dalam hati orang-orang
percaya sementara Ia memenuhi mereka.
Musik membantu kita ingat kebenaran tentang
Allah. Apa yang kita nyanyikan, itu akan melekat pada ingatan kita, dan tidak
ada hal lain yang lebih penting untuk diingat selain Firman Tuhan. Musik yang
memancing emosi akan berlalu, tetapi firman Tuhan yang hidup dan aktif akan
terus bekerja di hati kita, memperbarui pikiran, dan memperkuat iman.
Musik juga membantu kita mengungkapkan kesatuan
kita dalam Injil.
Musik macam apa?
Kehadiran kitab suci tidak diiringi musik
tertentu. Jadi, kita tidak tahu pasti, bagaimana musik pada zaman dahulu itu.
Mungkin mirip musik rakyat Timur Tengah.
Tiga prinsip penting tentang musik dalam
gereja dan cara-cara spesifik menerapkannya.
1.
Musik
harus mendukung lirik nyanyian.
Kami sangat memerhatikan komentar Gordon
Fee: “Tunjukkan kepada saya lagu-lagu yang dinyanyikan di sebuah gereja. Dari
lagu-lagu itu, saya dapat memberi tahu Anda teologi mereka.”
a.
Nyanyikan
lagu-lagu yang mengatakan sesuatu
Kata-kata sebuah lagu harus sekuat melodi
yang mengiringinya atau sekuat aransemen musik yang melatarbelakanginya.
Lagu-lagu dapat mengatakan sesuatu dengan
cara yang berbeda-beda. Lirik yang bersifat obyektif membicarakan kebenaran
tentang Allah, dan ini membantu kita mengenal Allah. Kebanyakan lagu yang
berasal dari abad ke-18 cederung berfokus pada kebenaran yang obyektif.
Lirik yang bersifat subyektif
mengekspresikan respons terhadap Allah, seperti kasih, kerinduan, keyakinan,
dan sanjungan.
Lirik yang bersifat reflektif menggambarkan
apa yang kita lakukan ketika kita sedang menyembah Tuhan. Kita membawa
persembahan puji-pujian, kita menyanyi, kita mengangkat tangan.
Ketiga kategori lirik ini bukan sesuatu
yang selalu terpisah-pisah. Ada banyak lagu yang memuat ketiga perspektif itu.
b.
Sesuaikan
aransemen dan volume.
Para musisi yang terbiasa berimprovisasi
tanpa notasi musik cenderung berpikir bahwa tampil itu artinya selalu memainkan
alat musik tanpa henti. Keliru! Mengadakan variasi ketika bermain musik, berapa
besar kita memainkan musik, dan apa yang kita mainkan akan sangat memengaruhi
kemampuan jemaat mendengar kata-kata lagu yang sedang dinyanyikan.
Pada waktu latihan, adakanlah berbagai
kombinasi permainan instrumen musik. Berilah petunjuk yang jelas; terkadang
cobalah agar beberapa orang tidak memainkan instrumen musiknya selama beberapa
saat.
Kita juga dapat memonitor dan mengadakan
variasi volume. Suara para musisi hendaknya tidak menelan suara jemaat. Baik
sekali memeriksa volume dengan jalan mendengarkan dari bangku jemaat, atau
mintalah seseorang yang Anda percayai mengevaluasi volume suara Anda.
c.
Usahakan
agar permainan instrumental berfungsi secara tepat.
Ibadah bukanlah sebuah konser atau
pertunjukan musik. Kita berada di situ bukan cuma untuk tampil. Semakin lama
tim musik memainkan musik, semakin besar pula kemungkinannya jemaat terlena dan
terpesona oleh kecakapan para pemusik daripada oleh Yesus.
Relakanlah diri Anda meniadakan bagian
instrumental yang hanya berfungsi sebagai pengisi atau hanya menunda jemaat
menyanyi.
d.
Fokus
pada proyeksi lagu.
Kalau gereja Anda tidak menggunakan himne
atau buku nyanyian, maka orang yang menangani proyeksi lirik lagu memegang
peranan penting. Kalau orang tersebut sering terlambat memproyeksikan teks
lagu, atau salah memproyeksikan bait lagu, atau menampilkan layar kosong, atau
menayangkan kata-kata yang salah ejaannya, hal itu tidak akan mendukung
kepemimpinan Anda yang baik.
Sebagaian gereja hanya memproyeksikan bait
lagu secara baris per baris. Ini mempersulit jemaat menangkap arti keseluruhan
lirik lagu. Jemaat dapat lebih mudah memahami arti sebuah lagu kalau mereka
dapat melihat baris-baris lagu dalam konteksnya.
e.
Gunakan
musik yang mendukung.
Kita tidak selalu harus memainkan musik
ataupun memanipulasi emosi jemaat. Penyampaian kata-kata secara lisan tidak
selalu harus diiringi musik. Namun kalau dilakukan dengan cara yang tepat dan
di waktu yang tepat, maka iringan musik instrumental dapat menjadi sarana yang
efektif, dan dapat mendukung penyampaian kata-kata lisan.
2.
Musik
harus bervariasi.
Tipe
musik yang berbeda-beda akan menyukakan hati Tuhan. Berikut ini tertera
beberapa gagasan tentang bagaimana menerapkannya.
a.
Mencerminkan
berbagai atribut Allah.
Keberagaman musik mencerminkan beragam
aspek dari hakikat Allah. Ia mahakuasa; Ia mahahadir. Ia membelah gunung dan
mendandani bunga bakung. Kita menyembah Dia – Pencipta kita, Penebus kita, Raja
kita, dan Bapa kita. Bagaimana mungkin seseorang bisa berpikir bahwa satu tipe
musik saja cukup untuk mengekspresikan seluruh kemuliaan Allah.
Allah mahabesar dan pengalaman manusia
begitu banyak sehingga tidak mungkin satu macam musik saja dapat selalu – dengan
cara yang terbaik – mengekspresikan dinamika hubungan kita dengan Allah yang
hidup.
b.
Mendengarkan
kata-kata yang sudah biasa melalui cara yang baru.
Keberagaman musik memungkinkan kita
mendengar kata-kata yang sama dengan efek yang berbeda. “Amazing Grace” memberi dampak emosi yang
berbeda bila diiringi oleh paduan suara black
gospel, orkestra simfoni, akor synthesizer dengan pedal, ataupun permainan
tunggal gitar akustik.
Lagu himne juga dapat diaransemen secara
kreatif untuk kita mendengar kata-kata sebuah lagu dari perspektif yang
berbeda.
c.
Mengenali
hati Allah bagi semua orang.
Keberagaman musik menyuarakan hati Allah
kepada setiap generasi, setiap budaya, dan setiap suku bangsa. Kita memainkan
musik yang berbeda-beda, bukan karena kita mau membuat semua orang senang atau
karena kita sedang mengusahakan kesatuan dalam ibadah. Injillah yang menyatukan
kita, bukan musik.
3.
Musik
harus membangun gereja.
Musik yang terbaik adalah musik yang
memungkinkan jemaat secara tulus dan konsisten mengagungkan kebesaran Sang
Juruselamat di hati, pikiran, dan kehendaknya. Itu standar yang tidak berubah
dari budaya yang satu ke budaya yang lain, dari generasi ke generasi, dan dari
gereja ke gereja.
Untuk memperjelas standar tentang kualitas
yang terbaik di gereja Anda, mungkin Anda perlu mengkaji musik seperti apa yang
sesuai dengan bahasa jiwa komunitas masyarakat Anda, dan musik seperti apa yang
paling efektif dalam komunikasi dengan kebanyakan jemaat. Jemaat harus dapat mendengar pesan yang
disampaikan dalam sebuah lagu tanpa merasa terganggu oleh musik yang mengusung
pesan itu.
Praktisnya, membangun
jemaat berarti menggunakan lagu yang dapat dinyanyikan oleh semua orang dalam
jemaat.