Minggu, 01 Juni 2014

Worship Matters (Ringksan bab 11)

Bab 11: Terampil Memadukan Firman Tuhan
Sebagian orang Kristen memisahkan ibadah dan firman sehingga mereka pergi ke satu gereja untuk mengalami kehadiaran Roh Allah selagi musik dimainkan, lalu pergi ke gereja lainnya untuk mendapatkan pengajaran yang baik.
Namun ketahuilah bahwa nyanyian dan khotbah tidak saling berlawanan. Keduanya dimaksudkan untuk mengagungkan Kristus di dalam hati, pikiran, dan kehendak kita. Keseluruhan persekutuan adalah ibadah; seluruhnya perlu dipenuhi dengan firman Tuhan. Dan seluruh bagian persekutuan perlu disertai kehadiran Roh Kudus.
Gereja yang sungguh-sungguh bergantung pada Roh kudus dalam ibadah adalah gereja yang berkomitmen untuk mempelajari, mengabarkan, dan menerapkan firman Tuhan dalam ibadah pribadi maupun bersama. Firman dan Roh tidak untuk dipisah-pisahkan. Sesungguhnya, Roh Allah-lah yang menginspirasi firman Allah (2 Tim 3:16).
Roh Allah tidak hanya menginspirasi firman Allah, tetapi juga menerangi hati kita sehingga kita dapat memahami fiman-Nya.
Mengapa ibadah harus berfokus pada firman? Firman Allah memberi landasan bagi ekspresi pertobatan, ekspresi rasa syukur, pujian, dan perayaan yang kemudian menyusul.
Bagaimana supaya ibadah kita terfokus pada firman? Dengan jalan menghargai, menyanyikan, membacakan, menayangkan firman Allah, dan menjadikannya fondasi doa kita.
Menghargai firman Allah berarti menyukainya lebih daripada siaran olah raga, lebih daripada acara favorit di televisi, lebih dari internet.
Kalau kita menghargai dan menjunjung firman Allah, orang lain akan menyadarinya. Orang yang berkunjung ke gereja Anda tidak akan mendapat kesan bahwa Alkitab hanyalah bagian tambahan atau sekadar buku referensi. Mereka akan mendengarnya melalui suara Anda dan melihat di mata Anda bahwa firman Allah adalah sukacita Anda.
Menyanyikan firman Allah dapat mencakup lebih dari sekadar mengucapkan ayat tertentu dari sebuah lagu. Kalau kita ingin agar “perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara [kita]” (Kolose 3:16), kita memerlukan lagu-lagu yang menjelaskan, menguraikan, dan membahas apa yang Allah katakan. Kita memerlukan lagu-lagu yang liriknya memuat teologi yang penting, berbobot, lagipula alkitabiah. Penggunaan lagu-lagu pujian yang dangkal dan subyektif cenderung menghasilkan orang-orang Kristen yang dangkal dan subyektif pula.
Sering kali kita tergoda untuk memilih lagu karena musiknya daripada isi teologinya. Sadarilah bahwa ketika syair dipadukan dengan musik, kita dapat terkecoh. Musik dapat membuat syair yang dangkal terdengar mendalam. Irama yang menggairahkan dapat menjadikan sesuatu yang picisan terdengar indah dan membuat kita ingin menyanyikannya lagi.

Ini bukan berarti musik tidak relevan. Jika syair yang luar biasa diiringi dengan musik yang buruk, tidak akan ada orang yang akan mengingatnya atau yang mau menyanyikannya. Meski begitu, yang Tuhan perintahkan ialah agar firman-Nyalah yang diam di antara kita, bukan musik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar