Bab 11: Terampil Memadukan
Firman Tuhan
Sebagian orang Kristen memisahkan ibadah
dan firman sehingga mereka pergi ke satu gereja untuk mengalami kehadiaran Roh
Allah selagi musik dimainkan, lalu pergi ke gereja lainnya untuk mendapatkan pengajaran
yang baik.
Namun ketahuilah bahwa nyanyian dan khotbah
tidak saling berlawanan. Keduanya dimaksudkan untuk mengagungkan Kristus di
dalam hati, pikiran, dan kehendak kita. Keseluruhan persekutuan adalah ibadah;
seluruhnya perlu dipenuhi dengan firman Tuhan. Dan seluruh bagian persekutuan
perlu disertai kehadiran Roh Kudus.
Gereja yang sungguh-sungguh bergantung pada
Roh kudus dalam ibadah adalah gereja yang berkomitmen untuk mempelajari,
mengabarkan, dan menerapkan firman Tuhan dalam ibadah pribadi maupun bersama.
Firman dan Roh tidak untuk dipisah-pisahkan. Sesungguhnya, Roh Allah-lah yang
menginspirasi firman Allah (2 Tim 3:16).
Roh Allah tidak hanya menginspirasi firman
Allah, tetapi juga menerangi hati kita sehingga kita dapat memahami fiman-Nya.
Mengapa ibadah harus berfokus pada firman?
Firman Allah memberi landasan bagi ekspresi pertobatan, ekspresi rasa syukur,
pujian, dan perayaan yang kemudian menyusul.
Bagaimana supaya ibadah kita terfokus pada
firman? Dengan jalan menghargai, menyanyikan, membacakan, menayangkan firman
Allah, dan menjadikannya fondasi doa kita.
Menghargai firman Allah berarti menyukainya
lebih daripada siaran olah raga, lebih daripada acara favorit di televisi,
lebih dari internet.
Kalau kita menghargai dan menjunjung firman
Allah, orang lain akan menyadarinya. Orang yang berkunjung ke gereja Anda tidak
akan mendapat kesan bahwa Alkitab hanyalah bagian tambahan atau sekadar buku
referensi. Mereka akan mendengarnya melalui suara Anda dan melihat di mata Anda
bahwa firman Allah adalah sukacita Anda.
Menyanyikan firman Allah dapat mencakup
lebih dari sekadar mengucapkan ayat tertentu dari sebuah lagu. Kalau kita ingin
agar “perkataan Kristus diam dengan
segala kekayaannya di antara [kita]” (Kolose 3:16), kita memerlukan lagu-lagu
yang menjelaskan, menguraikan, dan membahas apa yang Allah katakan. Kita
memerlukan lagu-lagu yang liriknya memuat teologi yang penting, berbobot,
lagipula alkitabiah. Penggunaan lagu-lagu pujian yang dangkal dan subyektif cenderung
menghasilkan orang-orang Kristen yang dangkal dan subyektif pula.
Sering kali kita tergoda untuk memilih lagu
karena musiknya daripada isi teologinya. Sadarilah bahwa ketika syair dipadukan
dengan musik, kita dapat terkecoh. Musik dapat membuat syair yang dangkal
terdengar mendalam. Irama yang menggairahkan dapat menjadikan sesuatu yang
picisan terdengar indah dan membuat kita ingin menyanyikannya lagi.
Ini bukan berarti musik tidak relevan. Jika
syair yang luar biasa diiringi dengan musik yang buruk, tidak akan ada orang yang
akan mengingatnya atau yang mau menyanyikannya. Meski begitu, yang Tuhan
perintahkan ialah agar firman-Nyalah yang diam di antara kita, bukan musik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar