1. Memelihara Hubungan Kuat Dengan Tuhan
Pada awalnya ada beberapa alasan melayani Tuhan seperti rasa terima kasih yang begitu kuat dan mendalam kepada Tuhan karena Ia sudah menebus kita. Selain itu Tuhan juga telah menjadi Sahabat kita yang selalu menyertai kita.
Seorang pelayan yang telah Tuhan panggil untuk melayani orang lain, secara wajar bila rasa terima kasih kepada Tuhan melimpah juga kepada orang lain. Akhirnya seorang pelayan mendapati dirinya memimpin orang-orang untuk menyembah Tuhan seperti yang ia lakukan. Namun, kehidupan penyembahan secara pribadi lebih penting daripada memimpin orang-orang ke dalam penyembahan.
Seiring berlalunya waktu, seorang pelayan mulai menyadari ada hal-hal lain yang yang menyusup tentang pemimpin pujian dan musik ibadah. Seperti kecakapan dan pengertian dalam bidang musik menjadi semakin lebih penting, tipe dan model musik apa yang dipakai dan apa efeknya pada ibadah pujian, hubungan dengan sesama yang mempengaruhi dirinya dalam beribadah. Para pemain musik dan kecakapannya mempunyai peranan yang lebih penting dalam membuat ibadah menjadi lebih baik. Yang lebih menjadi pusat perhatiannya adalah metode, teknik, sarana, reaksi orang-orang, emosi dan konsep-konsep tentang bagaimana memimpin pujian dan musik, bukan Tuhan. Hal-hal inilah yang membuat seorang pelayan jauh dari Tuhan dan tidak lagi menyenangkan hati Tuhan.
Satu-satunya cara untuk menjadi efektif dalam jangka panjang sebaghai pemimpin pujian dan musik ialah: mengejar hubungan yang akrab dengan Tuhan dan secara terus-menerus memperkenankan Dia untuk memenuhi bejana kita. Seorang pelayan mungkin mempunyai cara-cara yang bagus untuk memimpin pujian dan musik dalam ibadah, tetapi di balik itu hatinya hampa. Setiap hari seorang pelayan perlu dibarui dan disegarkan oleh Tuhan dan musik dalam ibadah, tetapi di balik itu hatinya hampa. Setiap hari seorang pelayan perlu dibarui dan disegarkan oleh Tuhan Yesus, Air yang hidup.
Seseorang yang berniat untuk menjadi pemimpin pujian dan musik yang efektif harus memelihara hubungan pribadi dengan Tuhan. Menjalin hubungan akrab memerlukan waktu, bahakn diperlukan banyak waktu untuk membinanya. Begitu pula, penting sekali untuk mengkhususkan waktu untuk menjalin persahabatan dengan Tuhan.
2. Mempunyai Sikap Seorang Hamba
Seorang penyembah Allah yang menjadi teladan bagi kita dalam hal sikap seorang hamba yaitu Daud. Ia menghabiskan waktunya menggembalakan domba-domba milik keluarganya dan mengarang lagu tentang Allah yang setia - Allah yang dilayaninya. Kalaupun tidak ada orang yang melihat atau memperhatikan bakat-bakatnya, ia tetap puas menyembah dan melayani Tuhan. Upah yang diperolehnya ialah mengenal Allah dari dekat dan mengetahui bahwa Allah sendiri akan melindungi dan mencukupi keperluannya.
Sebenarnya, Tuhan tidak memerlukan bakat-bakat kita – Ia menghendaki hati kita. Tuhan sedang mencari hati yang hancur dan remuk, yakni hati yang tidak terpusat pada diri sendiri, melainkan kepada Dia.
Jauh sebelum Yesus belum dilahirkan, Daud sudah memahami konsep seorang hamba dan mengerti betapa pentingnya setia dalam hal-hal yang kecil. Ia mengetahui bahwa masa depannya ada di tangan Allah. Ia memutuskan untuk mempersilakan Tuhan berkarya baginya dengan kedaulatan penuh.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datamg bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Ia mengajar para pengikut-Nya supaya mereka menjadi seperti itu pula. Kita belum sepenuhnya mengetahui apa artinya menjadi seorang hamba. Kita perlu berdoa, memohon supaya Tuhan menyingkapkan bagaimana kita dapat mencerminkan sikap seorang hamba melalui kehidupan kita masing-masing. Dan setiap hari kita dapat memutuskan bahwa dalam segala sesuatu yang kita perbuat dan katakana, kita akan menjadi hamba yang rendah hati seperti Yesus dan seperti Daud.
3. Mempunyai Hati Seorang Lewi
Demikian engkau harus mentahirkan mereka dari tengah-tengah orang Israel, supaya orang Lewi itu menjadi kepunyaan-Ku. Barulah sesudah itu orang Lewi boleh masuk untuk melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Pertemuan, sesudah engkau mentahirkan mereka dan mengunjukkan mereka sebagai persembahan unjukan. Sebab mereka harus diserahkan dengan sepenuhnya kepada-Ku dari tengah-tengah orang Israel…(Bil 8:14-16a).
Tujuan utama kaum Lewi ialah member diri kepada Allah. Mereka menjadi persembahan bagi-Nya. Segala hal lainnya dalam kehidupan mereka menduduki nomor dua. Segala sesuatu yang mereka perbuat dan katakan diperuntukkan bagi Allah.
Ada kaitan erat antara apa yang Allah kehendaki dari kaum Lewi dan kita, yang melayani di bidang pujian dan penyembahan. Tuhan tidak sekadar mencari pemain-pemain musik yang berbakat, Ia menginginkan hati kita. Tujuan utama kita dalam kehidupan ini ialah menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.
Sebagai pemimpin pujian dan musik ibadah, kita harus menjadi teladan dalam hal hidup bagi kemuliaan Allah. Sesungguhnya Tuhan lebih mementingkan diri kita daripada kecakapan kita. Tujuan utama keberadaan kita bukanlah melakukan sesuatu, tetapi menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.
Pernyataan bahwa mereka “diserahkan dengan sepenuhnya” kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang dilakukan sekali-sekali saja, itu merupakan kehidupan mereka. Hal ini juga perlu menyerap dalam kehidupan kita. Seorang pelayan harus menyadari bahwa tujuan utama keberadaannya ialah diserahkan dengan sepenuhnya kepada Tuhan. Ini berarti bahwa prioritas pertama seorang pelayan ialah Dia dan panggilan-Nya. Hanya, motivasi kita adalah hendak menghormati Dia dengan kehidupan kita bukan untuk memperoleh sesuatu dari Tuhan.
Semua kecakapan dan bakat kita tidak begitu penting bagi Dia. Yang dikehendaki-Nya adalah kehidupan kita. Tidak ada persyaratan, tidak ada maksud tersembunyi. Kita adalah kepunyaan-Nya…diserahkan sepenuhnya kepada-Nya.
4. Hidup Penuh Pujian dan Penyembahan
Kalau kita belum belajar bagaimana menjalani kehidupan yang penuh pujian dan penyembahan, kita tidak akan dapat masuk sepenuhnya ke dalam momentum ibadah seperti yang dikehendaki Tuhan. Sebagai pemimpin pujian dan musik ibadah, kita harus menjalani kehidupan yang penuh pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ibadah di gereja tidak ada artinya kalau tidak didahului dengan enam hari ibadah yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Justru ibadah kita pada hari minggu harus merupakan hasil dari kehidupan ibadah kita kepada Tuhan sepanjang minggu yang baru kita lewati.
Yohanes 4:23 mengatakan bahwa Allah mencari orang-orang yang beribadah kepada-Nya dengan benar. Yang dicari-Nya ialah orang-orang yang beribadah kepada-Nya, orang-orang yang menyembah Dia dengan benar, yang senantiasa hidup beribadah – yang hatinya sujud menyembah Dia.
Kisah para rasul 16 tentang Paulus dan Silas, yang walaupun dalam keadaan sulit dan dipenjara, mereka tetap menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan. Memuji Tuhan dalam keadan krisis bukanlah reaksi spontan kita. Kita seharusnya memupuk pujian dan penyembahan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita akan memberi reaksi yang benar saat kita berada dalam suatu krisis; kita akan menyembah Tuhan. Tetapi, ini hanya akan terjadi kalau dalam hidup kita hari lepas hari kita membina diri dalam memuji dan menyembah Dia.
Berulang-ulang Alkitab menasihati kita untuk memuji dan menyembah Tuhan secara berkelanjutan. “Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu” (Maz 34:2a). “dari terbitnya sampai terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN” (Maz 133:3). “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibr 13:15).
Kita harus menyadari bahwa menyembah Allah adalah tujuan keberadaan kita yang sesungguhnya. Kita diciptakan untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar. Kehidupan yang sujud menyermbah kepada-Nya ini harus mewarnai segala sesuatu yang kita lakukandan katakan. Kalau kita maumengerti dan berpegang pada konsep Alkitab tadi, dengan sendirinya aka nada perubahan dalam perkumpulan ibadah kita.
Allah menghendaki kita terus-menerus mempunyai sikap hati yang sujud menyembah Allah dalam segala sesuatu yang kita lakukan dan katakana. Pada gilirannya, hal itu akan menyemarakkan ibadah kita bersama.
5. Berterimakasih Kepada Allah
Sebagai orang Kristen, kita harus menjadi contoh orang yang tahu berterima kasih. Kita harus memupuk rasa terima kasih dalam hubungan kita sehari-hari dengan sesama, tetapi lebih penting lagi kita perlu memupuk rasa terima kasih yang tak putus-putusnya kepada Tuhan. Kita sudah diampuni dari semua dosa yang pernah kita lakukan (dan jumlahnya banyak). Maka dari itulah kasih kita kepada Juruselamat kita juga banyak.
Tuhan tidak hanya mengampuni kita, tetapi pengampunan-Nya dan rahmat-Nya selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:23). Tuhan terus-menerus mencurahkan rahmat-Nya bagi kita, Tuhan selalu menyertai kita. Sesudah menyadari bahwa kasih-Nya begitu besar, rasa terima kasihmelimpah ruah dari dalam lubuk hati kita.
Merenungkan dan menyelami kasih Tuhan yang mengherankan itu akan menggugah kita untuk menjadi orang-orang yang berterima kasih. Ibrani 13:15 “…Marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,…”. Mempunyai hati yang berterima kasih tidak selalu mudah, tetapi itu selalu penting. Maka dari itu ada kalanya kita perlu mendesak diri untuk mempersembahkan korban syukur.
Salah satu langkah utama memupuk rasa terima kasih adalah membiasakan diri untuk berterima kasih kepada Allah.
Ketika kaum Israel dipimpin keluar dari tanah Mesir, mereka berterimakasih, tetapi hanya sebentar saja. Kebiasaan menggerutu dan mengomel sudah tertanam dalam diri mereka selama bertahun-tahun perbudakan. Kaum Israel tidak mempunyai gagasan untuk membiasakan diriberterima kasih kepada Tuhan. Kita hendaknya belajar dari kesalahan mereka. Kalau kita belajar berterima kasih dalam situasi apapun, kita akan dapat menempuh kehidupan ini dengan cara yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
6. Berjalan Dalam Kasih Karunia Allah
Pada suatu saat dalam hidup ini kita pernah merasa seakan-akan gagal melayani Tuhan melalui perbuatan dan perkataan kita. Masalahnya adalah kegagalan kita dalam memahami atau mengimani kuasa Injil Yesus Kristus. Sering kali orang tidak menyukai keadaan mereka yang kurang memadai dan kegagalan mereka di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya Allah membuka jalan bagi kita untuk memperoleh pengampunan dan supaya kita dapat diterima melalui karya penebusan yang dilakukan Yesus di Kalvari. Saat kita mengakui dosa-dosa kita dengan niat hati untuk meninggalkannya , darah Yesus benar-benar akan menghapus dosa-dosa kita berikut persaan bersalah yang membuntuti kita.
Injil tidak hanya mengandung fakta tentang kuasa Allah, Injil itu sendiri adalah kekuatan Allah “yang menyelamatkan”. Keselamatan itu mengacu pada keseluruhan penebusan (dari dosa, penyakit, kutuk hukum Taurat, dsb) yang sudah dibayar lunas oleh Yesusdi kayu salib. Injil adalah kekuatan Allah.
Dengan menyadari dan dengan berjalan dalam kasih karunia Allah setiap hari, kita akan memperoleh lebih banyak kekuatan daripada kalau kita berusaha hidup dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Meskipun Tuhan tahu bahwa kita akan gagal, Ia tetap memanggil kita ke dalam kerajaan-Nya. Kasih karunia-Nya cukup.
Selagi kita berjalan bersama Tuhan, sudah tentu kita akan gagal lagi di hadapan-Nya. Masalah yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita menangani dosa ketika kita terjatuh ke dalamnya. Sifat alamiah kita cenderung bereaksi seperti Adam ketika ia berdosa – berusaha menyembunyikan diri dari Allah. Namun, Allah justru menghendaki kita datang kepada-Nya dengan penuh pertobatan.
Lebih banyak lagi berdoa atau lebih banyak lagi mempelajari Alkitab tidak akan membuat kita akan dipenuhi dalam seluruh kepenuhan Allah walau hal itu merupakan hasil dari mengenal kasih-Nya. Kita akan dipenuhi dalam kepenuhan Allah hanya kalau kita mengerti dan memercayai bahwa Allah sungguh mengasihi kita sebanyak Ia mengasihi kita.
Pengampunan-Nya dapat menutupi kegagalan kitayang mana pun, maka akan lebih mudah bagi kita untuk selalu memercayai Ia dapat memakai kita. Bila kita melihat diri kita sudah dikuduskan dan tidak bercacat cela pada pandangan-Nya maka itu akan megubah kelakuan kita. Mendekatlah kepada Tuhan.
7. Disiplin Diri
Mendisiplin diri sendiri tidak selalu menyenangkan, tetapi itu penting. Kita harus mendisiplin diri dalam banyak hal: berdoa, mempelajari Firman Tuhan, berlatih memainkan alat musik, mempersiapkan diri untuk memimpin, dsb. Dalam hal ini dibutuhkan sikap hati yang tidak setengah-setengah, supaya kita menjadi betul-betul efektif. Jangan biarkan kedagingan, perasaan kita, bahkan sikap orang-orang yag mendikte kita untuk tidak berdisiplin dalam hal-hal tadi, supaya kita menjadi pemimpin yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!” (1Kor 9:24). Bergeraklah maju dalam Yesus Kristus.
Kita berjuang untuk sesuatu yang lebih mulia daripada yang diperjuangkan oleh atlet-atlet duniawi. Tidak mendisiplin kehidupan kita mungkin tidak akan membuat kita kehilangan keselamatan yang telah kita peroleh, tetapi telinga kita akan menjadi tuli terhadap panggilan luhur dalam kerajaan Tuhan. Berlatih berarti menggembleng. Kita perlu membuat manusia fisik kita tunduk pada apa yang dikatakan oleh Roh Kudus.
Tuhan hanya dapat memakai kita sejauh mana kita bersedia mendisiplin diri sendiri. Ia ingin agar kita menyerahkan kehendak dan daya upaya kita ke dalam kehendak dan kerinduan-Nya bagi kita. Bila tidak, maksud Tuhan bagi hidup kita tidak akan sepenuhnya tercapai.
Kalau kita tidak bersedia melatih tubuh kita ataupun mendisiplin hidup kita, maka kita tidak akan benar-benar efektif dalam memimpin umat Tuhan beribadah. Yakobus 4:7 meberitahu kita hal yang sama. Yakobus menegur para pembacanya yang menyerah terhadap nafsu duniawi. Kemudian ia berkata,”, maka kita tidak akan benar-benar efektif dalam memimpin umat Tuhan beribadah. Yakobus 4:7 meberitahu kita hal yang sama. Yakobus menegur para pembacanya yang menyerah terhadap nafsu duniawi. Kemudian ia berkata,”karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka Iakarena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu!”. Kita harus tunduk pada kehenak Tuhan, menaklukkan kehendak kita di bawah kehendak-Nya.
Kita harus bijaksana dala hal tetap mendoakan mereka yang kita pimpin, mereka yang melayani bersama kita, berdoa bagi diri sendiri agar peka terhadap pimpinan Roh Kudus, giat menekuni musik ibadah. Ini merupakan keharusan bagi orang-orang yang ingin menjadi efektif dalam memimpin umat Allah dalam beribadah.
(diringkas dari buku karangan Tom Krauter)