Rabu, 10 Juli 2013

Awal Masuk Sekolah dan Ingatan Kecil

Hari ini, sekolah sudah mulai masuk. Aku bangun lebih pagi. Meski agak susah, karena terbuai oleh liburan yang cukup panjang, namun harus bangun. Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Udara dingin. Cuaca di luar agak lembap sehabis hujan kemarin malam. Rasanya ingin tidur lagi. Tapi itu bukan pilihan yang baik. Aku bangun. Mengucap doa. Mandi. Berpakaian rapi. Siap berangkat. Kira-kira seperti itu kesibukanku pagi ini. Aku tidak sempat sarapan. Padahal biasanya aku sarapan dulu dan minum secangkir kopi panas.

Aku berangkat kerja. Jarak kost ke sekolah tidak jauh. Cukup berjalan dua tiga menit, sampai. Setiba di gerbang sekolah, aku sedikit kaget. Ramai sekali. Anak sekolah, orang tua, guru-guru terlihat sibuk. Suasana di halaman sekolah lumayan ribut. Hilir mudik orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah. Jarak gerbang hingga ke gedung seolah kira-kira seratus meter.  Aku lewati keramaian tersebut, sambil sesekali menyingkirkan badan menghindari orang-orang yang lalu lalang. Terlihat beberapa siswa baru, sebagian ditemani oleh orang tua mereka.

Mungkin karena hari ini hari pertama masuk sekolah, jadi suasananya terlihat sangat ramai. Lebih ramai dari hari biasa. Melihat suasana ini, aku jadi teringat masa-masa aku sekolah dulu. Seingatku, aku tidak pernah diantar oleh orang tuaku di awal masuk sekolah. Generasi sekarang mungkin beda. Atau ini hanya terjadi di kota. Tidak seperti di kampung halamanku. Aku sendiri, dari SD hingga SMA, tidak pernah tinggal di luar kota. Kampungku terletak di sebuah pulau di sebelah barat pulau Sumatra, pulau yang kecil, Nias. Baru setelah lulus SMA, aku merantau ke Jakarta.

Anak-anak sekarang terlihat lebih manja dan sepertinya kurang mandiri. Segala sesuatu diurus oleh orang tua. Bahkan ke sekolah pun masih diantar-jemput. Padahal sudah tingkat SMP. Kalau masih SD, ya, masih wajar. Tapi, tetap, di mataku ini benar-benar aneh. Karena sejak SD pun, aku dan saudara-saudaraku saat itu jalan sendiri ke sekolah. Diantar hanya kalau sedang hujan. Inilah generasi sekarang, punya ciri tersendiri. Apalagi kalau di rumah segala sesuatu mudah diperoleh. Hanya dengan meminta, langsung diberi. Bagaimana tidak? orang tua juga sibuk kerja. Mampu mencukupi kebutuhan finansial, namun kebutuhan anak akan perhatian orang tua kurang diperhatikan.

Ini hanya sekadar uneg-uneg di pagi hari yang sempat kuingat, lalu kutuliskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar